Setiap perkataan yang dilontarkan nenek pada Kugi, tetap
juga Kugi kecil tak menghiraukannya. Ia asyik dengan mainannya. Nenek terus
menyanyikan lagu dikelilingi oleh penasehat dan dayang-dayang di tempat tidur
empuknya.
“Sudah kuputuskan, Kugi kecil
yang akan mewariskan tahta kerajaan ini, karena ia belum berumur 7 tahun.
Tolong bawa dia ke suatu tempat yang jauh. Saat ia berumur 7 tahun baru kau
bawa ke Istana”, pesan Nenek secara terbata-bata.
Penasehat Lee dengan
perlahan-lahan menulis pesan nenek di bukunya. Nafas nenek terus mendesak.
Matanya tertutup rapat. Dayang tanpa perintah dengan sigap memengang tangan nenek.
Dayang itu menghempus napas dan mengeleng-gelengkan kepalanya. Perlahan-lahan
air mata pun membasahi pipinya.
****
“Tolong bawa Putri Mahkota jauh
dari Ibu kota. Aku percayakan padamu”, pesan paman Kugi pada penasehat Lee.
Sementara Kekuasaan Kerajaan
dikendalikan oleh Paman Kugi. Puteri Mahkota dibawa ke kota terlarang. Di kota
itu ada sebuah istana. Istana itu dibentengi dengan dinding tebal setinggi 12
meter. Hal ini dilakukan untuk mencegah orang biasa masuk. Kugi kecil hanya
tertidur selama di istana. Bayi kecil ini tak tahu hal apa yang harus dilakukannya.
Ia di istana tanpa sang ibu dan sang ayah. Kugi kecil sungguh merasa kesepian
berada di istana terlarang itu. Ia hanya ditemani oleh dayang-dayang. Disaat
Kugi kecil menangis, ia diberi susu. Saat ia mengeluarkan kotoran, dengan sigap
Dayang membersihkannya. Hal ini terus terjadi sampai Kugi kecil berumur 5
tahun.
Kemana ia pergi, para dayang
terus mengikutinya. Jika ia merasa lapar, dengan secepat kilat makanan tersebut
terpenuhi. Paman Kugi telah menyiapkan juru masak terhebat untuk menyajikan
makanan secepat kilat disaat Puteri Mahkota merasa lapar. Hal ini terus terjadi
selama Puteri Mahkota berada di istana terlarang itu.
Inilah tiba saat nya bagi Puteri
Mahkota. Umurnya sudah genap 7 tahun. Ia pun kembali ke istana.
“Aku mau manisan. Tolong sekarang
kau siapkan gadis gendut”, Kugi dengan kasarnya memerintah dayangnya itu untuk
membuat manisan. Sikap Kugi sangat semena-mena pada dayang-dayangnya.
Kugi duduk dengan manis di dalam
tandu menunggu manisannya dibawa dayang. Kugi melihat suasana luar. Matahari
bersinar dan burung berterbangan diangkasa. Air-air sungai mengalir nan indah
dibawah kaki gunung. Bebatuan yang berada di sungai seakan terasa lengkap kehadirannya
bagi Kugi. Ia belum pernah melihat hal seperti ini.
****
Baju Puteri Mahkota yang ia pakai
sungguh manis dengan perawakan gayanya yang imut. Kulit wajahnya sangat indah.
Silau matahari terhalau oleh bajunya saat ia turun dari tandu. Kugi telah
disambut oleh anggota besar kerajaan. Namun, raut wajah Kugi terlihat biasa
saja.
Suara sorak sorai rakyat
terdengar diluar. Kugi hanya melihat sepintas. Ia tak menyapa rakyatnya. Kugi
melangkah perlahan-lahan kedalam kerajaan.
Ibu Kugi sangat terharu dan
senang melihat anaknya pulang dengan selamat. Sudah 6 tahun 4 bulan ia tak
melihat anaknya itu. Ibu Kugi hanya bisa membungkuk saat Kugi datang. Begitu
pula sang ayah yang hanya bisa membungkuk dan memandang Kugi masuk.
“Aku lapar, mana dayang gendut.
Kau persiapkan makanan sekarang juga. Aku tak sanggup menunggu”, suara Kugi
mengelegar membahana.
Keluarga kerajaan terkejut
melihat sikap Puteri Mahkota seperti itu. Ia berbeda dengan nenek. Nenek sangat
bertata krama. Sopan dan berbicara dengan lemah lembut pada setiap tamu dan
juga dayangnya.
****
10 tahun kemudian…
“Aku bosan berada di Istana, aku
mau keliling kota. Persiapkan aku tandu”, perintah Puteri Mahkota dengan kasarnya.
“Ibunda Puteri Mahkota datang”,
suara dayang berbadan berisi yang terlihat tua.
“Puteri Mahkota, bisakah saya
menemani Anda mengelilingi kota ini”, sang Ibu meminta penawaran dengan
membungkuk pada Anaknya itu.
Kugi tak berkomentar, ia hanya
melirik sinis pada Ibunya. Ia langsung pergi menuju tandu.
“Hei wanita tua, kenapa masih
terdiam disitu. Ayo masuk kedalam tandu”, perintah Kugi semena-mena.
Air mata sang ibu hampir saja
membasahi pipinya. Mendengar Kugi memerintahnya masuk tandu. Senyum dibibirnya
pun terukir. Tergesa-gesa ibu Kugi menuju tandu. Ternyata tandu itu tak mampu
menampung badan Kugi yang sangat besar. Terpaksa ibunya menaiki tandu lain.
****
Diperjalan Kugi melihat sejumlah
anak-anak bermain kelereng. Kugi turun dari tandu. Ia merasa tertarik pada
permainan itu. Terpaksa anak-anak tadi dibawa ke istana untuk ditemani bermain
kelereng. Kugi terus mengalami kekalahan.
“Kau curang budak!”, Puteri
Mahkota berkata ketus pada anak-anak budak itu.
“Maaf Yang Mulia, kami tidak
berlaku curang dalam permainan ini”, sahut anak budak itu dengan tegas.
“Beraninya kau membantah
perkataanku”, jerit Puteri Mahkota yang
mukanya merah padam karena baru pertama kali ada orang membantahnya.
“Penjaga, penggal kepala anak
ini. Tidak! semua anak ini, kau penggal kepalanya”, Puteri Mahkota memerintah
penjaganya itu.
Penjaga tak berani melaksanakan
perintah Puteri Mahkota.
“Tak kau laksanakan?! Baiklah
biar aku saja memenggal kepalamu”
***
Selama kurun setahun kegiatan
memenggal kepala anak-anak terus ia lakukan, sungguh tragis. Puteri Mahkota
memakan makanan sambil melihat anak-anak kecil dipenggal.
Hal ini baru diketahui oleh keluarga
kerajaan saat para rakyat memberontak di didepan istana. Pemberontakan yang
dilakukan oleh rakyat sudah sangat mengkhawatirkan.
Puteri Mahkota tetap santai atas
perilakunya.
“Aku ingin kalian bawa pulang aku
kembali ke Istana terlarang, aku bosan di sini”, sambil mengunyah buah persik.
“Baiklah Puteri Mahkota. Saat
Anda berumur 20 tahun, Anda akan kembali lagi ke istana. Selama disana Anda
akan dibentuk kepribadian. Saya akan mengirimkan menteri-menteri kerajaan
setelah Anda sampai di kerajaan terlarang nanti”, pesan paman Puteri Mahkota.
****
Keadaan kota sementara akan
diamankan oleh para prajurit. Rakyat terus memberontak. Rakyat ingin menuntut
Puteri Mahkota. Rakyat ingin memenggal kepalanya. Di perjalanan, perasaan Puteri
Mahkota sangat kacau. Ia terus mengerutu. Badannya yang sangat berat membuat
para prajurit tak sanggup membawa tandu karena kegaduhan yang dibuat Puteri
Mahkota, manusia berpakaian hitam mengikuti dari belakang, ia membawa pedang. Strategi
yang dilakukan manusia berpakain hitam itu tercium oleh prajurit. Terjadilah
baku hantam antara prajurit dengan manusia berpakaian hitam itu. Pedang yang
sangat tajam tak sengaja menghalau tandu. Ternyata pedang itu menusuk perut
sang Puteri Mahkota yang sangat besar itu.
Semua prajurit terkejut melihat
kejadian yang menimpa sang Puteri Mahkota. Mengetahui hal itu manusia
berpakaian hitam itu melarikan diri. Prajurit mengejarnya, tetapi sayang,
manusia itu telah menghilang. Nihil jika dicari, keadaan sang Puteri Mahkota
sekarat didalam tandu. Puteri Mahkota terpaksa dibawa pulang ke Ibu kota untuk
mendapat pertolongan.
***
Pemakaman diadakan pada hari yang
sangat panas dan mayat Kugi yang gemuk membengkak sehingga tidak muat
dimasukkan dalam sarkofagus yang terbuat dari batu itu. Penutup peti tidak
dapat dirapatkan dan ketika petugas pemakaman mendorong perut Kugi yang
bengkak, perutnya pecah, seperti balon. Nanah hijau muncrat, membasahi
pakaiannya sementara bau busuk memenuhi kapel.
D bkar aja tu myatnya... Gx rpot2 lg kn.... Jgn cba2 d buang k laut ya...nnti pda mti smua ikanny....
BalasHapus:-D