Syauqi terus mempercepat langkah kakinya.
Kali ini dia berlari terus tergesa-gesa. Seragam putih merah masih lengkap
ditubuhnya. Keringat bercucuran ditubuhnya. Sinar matahari yang kemerah-merahan
itu menandakan akan terbenam. Syauqi kembali melirik jam tangannya. “Aduh, bagaimana
ini. Aku bakalan kena marah sama Ayah
lagi”, celotehnya. Dari kejauhan Syauqi melihat sesosok orang berbaju hitam
membuang sampah. Sepertinya sampah itu sangat banyak. Syauqi tak menghiraukan
orang itu. Ia terus mempercepat langkahnya menuju rumah.
***
“Assalamu’alaikum
“, melepas sepatu dan menaruhnya ditempat penyimpanan sepatu.
“Waalaikumsalam”,
yang menjawab salam kali ini adalah saudara perempuannya dan dua orang saudara
laki-lakinya.
“Syauqi, kenapa
telat sekali kamu pulang? Kamu bermain lagi dengan temanmu ke gunung ya?”,
tanya saudara perempuannya.
“Hus hus,
jangan gede-gede kali ngomongnya,
ketahuan sama Ayah nanti”, bisik Syauqi sambil melepaskan baju putihnya untuk
bersiap-siap mandi.
“Tumben ayah
belum pulang jam segini”, nada suara saudara perempuan Syauqi mengkhawatirkan.
“Hah! Ayah belum
pulang? Alhamdulillah deh”, ujar Syauqi sambil beranjak ke sumur.
****
Semua saudara dan saudari Syauqi
gelisah. Mereka menanti-nanti kedatangan Ayah yang tak kunjung tiba. Tapi Ayah
tak keliahatan batang hidungnya. Karena Syauqi anak bungsu maka dia
dipersilakan makan malam lebih dahulu. Sudah sejam mereka menunggu Ayah.
Akhirnya Rian dan Fahmy ikut makan malam juga. Mereka fikir,mungkin malam ini
Ayah tak pulang. Berbeda dengan Syifa, dia masih menunggu di depan pagar rumah.
“Kak, aku ikut
bang Rian dan bang Fahmy ke tempat ronda malam ya?”, memakai sandalnya dan
mengikuti langkah kedua saudara laki-lakinya. Syifa tak berkomentar. Sesampai di
pagar, Syifa angkat bicara juga. “ Syauqi, kamu sangat nakal. Sebentar lagi
ayah pulang. Aku nggak mau tanggung jawab”, kembali duduk dikursi depan rumah. Syauqi
tak menghiraukan perkataan kakaknya. Ia terus mengikuti kedua saudara
laki-lakinya. “Nanti jam 9 aku antar dia pulang. Aku yang tanggung jawab”, kata
saudaranya yang paling tua, Rian.
Malam yang
sangat dingin membuat Syauqi kedinginan karena tak membawa sarung. Hawa dingin
seperti ini sangat disukainya karena akan membuatnya pulas. Di pos Siskamling
hanya ada tiga orang yang meronda yaitu mereka. Orang kampung tak kelihatan
malam ini. Bulan masih sabit, ia perlu berevolusi untuk merubah bentuknya
menjadi sempurna. Kembali deru angin malam menghampiri mereka. Syauqi merasa
bosan di pos. Ia kembali melakukan hal iseng lagi. Ia mengganggu kedua saudaranya.
Namun kedua saudaranya itu tak menghiraukan gurauannya.
Syauqi melihat
cahaya kecil dibalik pohon pinus. Ia penasaran pada benda yang bercahaya itu.
Cahaya itu menarik simpati Syauqi. Si bungsu Syauqi pun mengerakkan kakinya
menuju cahayanya. Ia menangkap cahaya itu. Benda itu makin banyak keluar dari
dahan pinus. Ternyata cahaya itu tumbuh dari ekor.
“Kunang-kunang!”,
teriak Syauqi. Syauqi asyik bermain dengan kunang-kunang. Namun tak terasa jam
telah menunjukkan tepat pukul jam 11 malam. Mereka pun kembali pulang.
****
“ Kenapa telat
sekali kalian pulang? Aku sendirian tau. Aku takut”, gerutu Syifa pada kedua
saudara laki-lakinya. Syauqi langsung memasuki kamar dan pulas tertidur.
“Ayah belum
pulang?” , tanya Fahmy. “Ia, aku sangat khawatir Fahmy”, ujar Syifa dengan tangan
gemetar saat memengang gelasnya yang berisi air putih. Syifa merasa ada yang
aneh. Selama saudara-saudaranya di pos, ia mendengar suara aneh di balik dapur
saat ia melihat, ternyata tak ada orang.
****
Sudah dua malam
ayah mereka tak pulang. Sekarang tingkat kekhawatiran Syifa meningkat. Ia tak
berani sendirian selama dirumah. Syifa terpaksa ikut saudara-saudaranya ke pos
ronda.
“Kak, main
kunang-kunang yuk!”, ajak Syaugi sembari menarik tangan Syifa. Mereka berdua
asyik bermain kunang-kunang. Mereka berlari-larian menangkap kunang-kunang dan
mereka membuat permainan menangkap kunang-kunang. Siapa yang paling banyak
menangkap kunang-kunang, maka dialah pemenangnya. Syifa tak kalah hebatnya
menangkap kunang-kunang yang berada di antara pohon-pohon pinus dekat bukit.
Mereka terlalu
asyik bermain. Tiba-tiba, Syauqi terkejut melihat sesosok yang berbaju hitam.
Ia seperti mengenal sosok pria itu. Dia adalah pria yang tak sengaja di lihat
oleh Syauqi saat ia buru-buru pulang sore itu. Syauqi sangat penasaran dengan
bawaan kantong plastik hitam yang dibawa sosok itu.
“Kak, kesana
yuk! Kita tangkap disana, mungkin disana banyak”, ajak Syauqi. Syifa sangat
bersemangat mendengar ajakan Syauqi. Syifa juga melihat sesosok orang yang
berbaju hitam itu. Syifa mendengar bunyi benda yang dijatuhkan oleh orang itu
ke jurang. Namun Syifa tak menghiraukannya.
***
“Wah, rupanya
ditempat ini banyak juga ya kunang-kunangnya. Kamu akan kalah Syauqi. Aku mahir
menangkapnya“, yakin Syifa. Beberapa menit kemudian, Syauqi mulai mencium bau
tak sedap. Lalu ia melihat sebuah benda yang amat menakutinya. “Kepalaaaaa!”,
teriak Syauqi.
Syauqi berlari
ia terus menghindar dari tempat itu. Kedua saudara laki-lakinya terkejut
mendengar adik bungsunya meneriakkan kata kepala. Rian dengan sigap bangun
menghidupkan senter. Ia pergi untuk memastikan hal tersebut. Saat ia
mengarahkan senter itu ke arah kepala. Mereka berempat mengenali sosok itu.
“Ayahhhh!!!!!”, teriakan
mereka membahana ke seluruh penjuru desa. Kepala itu telah busuk dan berkerumunan
ulat. Kunang-kunang bercahaya pun mempercepat terbangnya ke arah bukit. Tangis
miris memecahkan keheningan di malam yang penuh luka itu.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusFahmy jga ikot main..bgus..
BalasHapusYg ini sdkit mrinding...
;-)
Mntraaap bukk....