Sabtu, 18 Mei 2013

Lentera Cahaya Kunang-Kunang

Novie Yurlanda

          Syauqi terus mempercepat langkah kakinya. Kali ini dia berlari terus tergesa-gesa. Seragam putih merah masih lengkap ditubuhnya. Keringat bercucuran ditubuhnya. Sinar matahari yang kemerah-merahan itu menandakan akan terbenam. Syauqi kembali melirik jam tangannya. “Aduh, bagaimana ini. Aku bakalan kena marah sama Ayah lagi”, celotehnya. Dari kejauhan Syauqi melihat sesosok orang berbaju hitam membuang sampah. Sepertinya sampah itu sangat banyak. Syauqi tak menghiraukan orang itu. Ia terus mempercepat langkahnya menuju rumah.
***
“Assalamu’alaikum “, melepas sepatu dan menaruhnya ditempat penyimpanan sepatu.
“Waalaikumsalam”, yang menjawab salam kali ini adalah saudara perempuannya dan dua orang saudara laki-lakinya.
“Syauqi, kenapa telat sekali kamu pulang? Kamu bermain lagi dengan temanmu ke gunung ya?”, tanya saudara perempuannya.
“Hus hus, jangan gede-gede kali ngomongnya, ketahuan sama Ayah nanti”, bisik Syauqi sambil melepaskan baju putihnya untuk bersiap-siap mandi.
“Tumben ayah belum pulang jam segini”, nada suara saudara perempuan Syauqi mengkhawatirkan.
“Hah! Ayah belum pulang? Alhamdulillah deh”, ujar Syauqi sambil beranjak ke sumur.
****
Semua saudara dan saudari Syauqi gelisah. Mereka menanti-nanti kedatangan Ayah yang tak kunjung tiba. Tapi Ayah tak keliahatan batang hidungnya. Karena Syauqi anak bungsu maka dia dipersilakan makan malam lebih dahulu. Sudah sejam mereka menunggu Ayah. Akhirnya Rian dan Fahmy ikut makan malam juga. Mereka fikir,mungkin malam ini Ayah tak pulang. Berbeda dengan Syifa, dia masih menunggu di depan pagar rumah.
“Kak, aku ikut bang Rian dan bang Fahmy ke tempat ronda malam ya?”, memakai sandalnya dan mengikuti langkah kedua saudara laki-lakinya. Syifa tak berkomentar. Sesampai di pagar, Syifa angkat bicara juga. “ Syauqi, kamu sangat nakal. Sebentar lagi ayah pulang. Aku nggak mau tanggung jawab”, kembali duduk dikursi depan rumah. Syauqi tak menghiraukan perkataan kakaknya. Ia terus mengikuti kedua saudara laki-lakinya. “Nanti jam 9 aku antar dia pulang. Aku yang tanggung jawab”, kata saudaranya yang paling tua, Rian.
Malam yang sangat dingin membuat Syauqi kedinginan karena tak membawa sarung. Hawa dingin seperti ini sangat disukainya karena akan membuatnya pulas. Di pos Siskamling hanya ada tiga orang yang meronda yaitu mereka. Orang kampung tak kelihatan malam ini. Bulan masih sabit, ia perlu berevolusi untuk merubah bentuknya menjadi sempurna. Kembali deru angin malam menghampiri mereka. Syauqi merasa bosan di pos. Ia kembali melakukan hal iseng lagi. Ia mengganggu kedua saudaranya. Namun kedua saudaranya itu tak menghiraukan gurauannya.
Syauqi melihat cahaya kecil dibalik pohon pinus. Ia penasaran pada benda yang bercahaya itu. Cahaya itu menarik simpati Syauqi. Si bungsu Syauqi pun mengerakkan kakinya menuju cahayanya. Ia menangkap cahaya itu. Benda itu makin banyak keluar dari dahan pinus. Ternyata cahaya itu tumbuh dari ekor.
“Kunang-kunang!”, teriak Syauqi. Syauqi asyik bermain dengan kunang-kunang. Namun tak terasa jam telah menunjukkan tepat pukul jam 11 malam. Mereka pun kembali pulang.
****
“ Kenapa telat sekali kalian pulang? Aku sendirian tau. Aku takut”, gerutu Syifa pada kedua saudara laki-lakinya. Syauqi langsung memasuki kamar dan pulas tertidur.
“Ayah belum pulang?” , tanya Fahmy. “Ia, aku sangat khawatir Fahmy”, ujar Syifa dengan tangan gemetar saat memengang gelasnya yang berisi air putih. Syifa merasa ada yang aneh. Selama saudara-saudaranya di pos, ia mendengar suara aneh di balik dapur saat ia melihat, ternyata tak ada orang.
****
Sudah dua malam ayah mereka tak pulang. Sekarang tingkat kekhawatiran Syifa meningkat. Ia tak berani sendirian selama dirumah. Syifa terpaksa ikut saudara-saudaranya ke pos ronda.
“Kak, main kunang-kunang yuk!”, ajak Syaugi sembari menarik tangan Syifa. Mereka berdua asyik bermain kunang-kunang. Mereka berlari-larian menangkap kunang-kunang dan mereka membuat permainan menangkap kunang-kunang. Siapa yang paling banyak menangkap kunang-kunang, maka dialah pemenangnya. Syifa tak kalah hebatnya menangkap kunang-kunang yang berada di antara pohon-pohon pinus dekat bukit.
Mereka terlalu asyik bermain. Tiba-tiba, Syauqi terkejut melihat sesosok yang berbaju hitam. Ia seperti mengenal sosok pria itu. Dia adalah pria yang tak sengaja di lihat oleh Syauqi saat ia buru-buru pulang sore itu. Syauqi sangat penasaran dengan bawaan kantong plastik hitam yang dibawa sosok itu.
“Kak, kesana yuk! Kita tangkap disana, mungkin disana banyak”, ajak Syauqi. Syifa sangat bersemangat mendengar ajakan Syauqi. Syifa juga melihat sesosok orang yang berbaju hitam itu. Syifa mendengar bunyi benda yang dijatuhkan oleh orang itu ke jurang. Namun Syifa tak menghiraukannya.
***
“Wah, rupanya ditempat ini banyak juga ya kunang-kunangnya. Kamu akan kalah Syauqi. Aku mahir menangkapnya“, yakin Syifa. Beberapa menit kemudian, Syauqi mulai mencium bau tak sedap. Lalu ia melihat sebuah benda yang amat menakutinya. “Kepalaaaaa!”, teriak Syauqi.
Syauqi berlari ia terus menghindar dari tempat itu. Kedua saudara laki-lakinya terkejut mendengar adik bungsunya meneriakkan kata kepala. Rian dengan sigap bangun menghidupkan senter. Ia pergi untuk memastikan hal tersebut. Saat ia mengarahkan senter itu ke arah kepala. Mereka berempat mengenali sosok itu.
“Ayahhhh!!!!!”, teriakan mereka membahana ke seluruh penjuru desa. Kepala itu telah busuk dan berkerumunan ulat. Kunang-kunang bercahaya pun mempercepat terbangnya ke arah bukit. Tangis miris memecahkan keheningan di malam yang penuh luka itu.


Novie Yurlanda / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Fahmy jga ikot main..bgus..

    Yg ini sdkit mrinding...
    ;-)
    Mntraaap bukk....

    BalasHapus

Coprights @ 2020, Blogger Templates Designed By Templateism | Distributed By ToraBatch