Senin, 11 Maret 2013

Kipas Kesayangan Mama

Novie Yurlanda

          “ Mama, buka jendelanya “ kata bungsu dengan rengekan khasnya.
         “Sudah malam, banyak nyamuk Bungsu sayang.” Tutur Mama, kipas masih tergenggam lekat di tangan untuk mengipas-ngipas Bungsu.
Bunyi dentingan jam dan suara hiruk pikuk jalan membuat tidur malam Bungsu terganggu.
         “Ma… beli kipas.” Tutur Bungsu dalam bayang-bayang mimpi.
Sang Mama mengernyit mendengar permintaan anak nya itu.

***
                Mata Bungsu bengkak lagi, semalam ia hanya sempat tidur 2 jam. Panasnya malam membuat nya susah tertidur. Bungsu hanya bisa terlelap di ruangan kelas dekat pojokan. Reflek, Lisa menghentak-hentakkan tubuhnya Bungsu. Sehingga menyadarkan Bungsu dari bunga malam  yang belum sempurna. Pintu terbuka, baju batik hiasan manik-manik bunga di hijabnya membuka awal pelajaran di pagi ini.
                Bungsu terdiam.
                Teriknya siang hari membakar kulit Bungsu . Bungsu ingin memulihkan gerah nya secepat mungkin agar ia bisa tidur dengan nyaman.
                “ Assalamualaikum. Ma Bungsu pulang!.”
                “ Waalaikumsalam.” Suara terlalu kecil terdengar di balik pintu.
                Mata Bungsu terasa agak lain, ingin menangis di rangkulan Sang Mama. Namun sayang Mama nya sudah terlelap tidur dengan putaran angin listrik itu. Hanya terlihat Winda kakaknya di balik pintu yang membuka kan pintu.
              “ Hore!! KIPAS!!!.” Bungsu langsung menerobos masuk tanpa memedulikan sepatu nya yang masih terpakai itu.
                Bungsu langsung pulas di bawah pusaran angin listrik erat memeluk Mamanya.
“ Ma…” Bungsu memanggil Mamanya.  Mamanya sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi sehingga panggilan bungsu tak di hiraukan.
Bungsu berdiri di samping kursi.
“ Ma ma!” bentak Bungsu , raut muka nya berbeda.
“Hufft… ada apa sayang?! Pagi-pagi panggil Mama. Bungsu nggak liat Mama lagi masak buat Bungsu dan Kakak? . Sekarang Bungsu mandi. “ tegas Mama yang sibuk dengan pancinya.
“Oh iya Bungsu, kipas itu di jaga baik-baik ya… Mama nggak mau kipasnya sampai rusak”  Bungsu tidak menghirau kan perkataan Mama nya.
*** 
“ih… bungsu ini lah masak kamu seharian memonopoli kipas nya. aku pengin juga lah “ tegas winda menarik kipas yang berada di depan TV.
“ ahhh…. Kakak, aku dulu panas tau!”. Bentak Bungsu memonyongkan bibir nya.
“ Ga tau.. pokok nya kakak mau tidur pake kipas titik!” Langsung menarik kipas.
Ini pertama kali nya Bungsu mengalah pada Winda. Bungsu langsung menonton kembali TV dan tak mau menghirau kan Winda.
****
“ Mama panas!” teriak Bungsu
“ Arahin kesini dong kipas nya, aku juga panas tau.” Geram kakak tak kalah hebat nya dengan Bungsu.
Sudah seminggu Bungsu dan Kakak nya beradu mulut. Menjelang malam, pulang sekolah dan tidur siang. Mereka tidak habis-habis nya beradu mulut mempermasalahkan arah kipas nya. Namun  Mama tidak menunjukkan sikap apapun pada kedua anak itu. Kipas berwarna putih itu adalah kipas kesayangan Mama dari kecil. Mama bersusah payah pulang ke rumah nenek untuk mengambil nya.Winda dan Bungsu masih saja berseteru memperebutkan kipas putih itu.
Mama datang dengan muka memelas. Namun Winda tak menghiraukan dan mengadu pada Sang Mama “ Ma.. liat Bungsu, dia ga mau ngalah ini ma, aku belum semalam pun tidur pake kipas ini.”
“ Kalian ini ya, selama ada kipas selalu berantem. Memperebutkan arah kipas, Mama ga mau dengar lagi kalian beradu mulut, malam ini Mama sita kipas angin nya titik.” Mengambil kipas angin dibawa keruang TV.
Winda dan Bungsu hanya terdiam melihat Mama melontarkan kata sita. Tanpa kipas, malam mereka sangat buruk. Begitu pula dengan Bungsu, ia kembali bergadang  dan tidur nyeyak yang diimpi-impikan hancur lebur. Bungsu langsung kekamar membenamkan kepalanya di bantal hingga air matanya membasahi pipinya sedangkan Winda seperti biasa ia sanggup menahan panas ia masuk kamar dan tidak menghiraukan Bungsu.
*** 
                Sudah 3 hari, kipas masih ditangan Mama, Bungsu tidak berani berkutik. Ia hanya bisa diam termanggu. Mama masih tertidur pulas. Dari kejauhan Bungsu keluar dari rumahnya ia melihat sesosok wanita berkerudung putih, badannya bungkuk Bungsu sangat familiar pada wanita itu.
            “Nenek!” berlari menghampiri nenek nya dari kejauhan.
“Retno… ibu kesini hanya mau mengambil kipas kembali” tutur nenek.
“wah ibu.. bukannya ibu tidak memerlukan kipas ini lagi?! Ini kan kipas kesayangan retno dari kecil” kata retno menyodorkan pisang goreng hangat pada Nenek.
“Bukan begitu retno, kipas yang baru dibeli sama abah mu sudah rusak, abah mu meminta balik kipas ini, karena ia tak sanggup tahan panasnya malam.” Membuka awal cerita nya pada Sang Mama.
Sang Mama hanya terdiam, kipas pun di bawa pulang Nenek, Bungsu kembali merana.
             “ Nggak da kipas malam ini dan selamanya.” Kata Bungsu.
****  
“ Ma… kipas lagi.” Kata bungsu pada Mama nya. Mata Mamanya sudah tertutup namun kipas ditangan masih mengipas-ngipas Bungsu. Bungsu matanya melek terdengar bisikan arah kejauhan.
“ Besok kita akan beli kipas baru, hanya untuk Mama.” Tutur Mama dengan nada setengah sadar.

Novie Yurlanda / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2020, Blogger Templates Designed By Templateism | Distributed By ToraBatch