“ Mama, buka jendelanya “ kata bungsu dengan rengekan khasnya.
“Sudah malam, banyak nyamuk Bungsu sayang.” Tutur Mama, kipas masih
tergenggam lekat di tangan untuk mengipas-ngipas Bungsu.
Bunyi dentingan jam dan suara hiruk pikuk jalan membuat tidur malam
Bungsu terganggu.
“Ma… beli kipas.” Tutur Bungsu dalam bayang-bayang mimpi.
Sang Mama mengernyit mendengar permintaan anak nya itu.
***
Mata
Bungsu bengkak lagi, semalam ia hanya sempat tidur 2 jam. Panasnya malam
membuat nya susah tertidur. Bungsu hanya bisa terlelap di ruangan kelas dekat
pojokan. Reflek, Lisa menghentak-hentakkan tubuhnya Bungsu. Sehingga
menyadarkan Bungsu dari bunga malam yang
belum sempurna. Pintu terbuka, baju batik hiasan manik-manik bunga di hijabnya
membuka awal pelajaran di pagi ini.
Bungsu
terdiam.
Teriknya
siang hari membakar kulit Bungsu . Bungsu ingin memulihkan gerah nya secepat
mungkin agar ia bisa tidur dengan nyaman.
“
Assalamualaikum. Ma Bungsu pulang!.”
“
Waalaikumsalam.” Suara terlalu kecil terdengar di balik pintu.
Mata
Bungsu terasa agak lain, ingin menangis di rangkulan Sang Mama. Namun sayang
Mama nya sudah terlelap tidur dengan putaran angin listrik itu. Hanya terlihat
Winda kakaknya di balik pintu yang membuka kan pintu.
“
Hore!! KIPAS!!!.” Bungsu langsung menerobos masuk tanpa memedulikan sepatu nya
yang masih terpakai itu.
Bungsu
langsung pulas di bawah pusaran angin listrik erat memeluk Mamanya.
“ Ma…” Bungsu
memanggil Mamanya. Mamanya sedang sibuk
menyiapkan sarapan pagi sehingga panggilan bungsu tak di hiraukan.
Bungsu berdiri
di samping kursi.
“ Ma ma!”
bentak Bungsu , raut muka nya berbeda.
“Hufft… ada
apa sayang?! Pagi-pagi panggil Mama. Bungsu nggak liat Mama lagi masak buat
Bungsu dan Kakak? . Sekarang Bungsu mandi. “ tegas Mama yang sibuk dengan
pancinya.
“Oh iya
Bungsu, kipas itu di jaga baik-baik ya… Mama nggak mau kipasnya sampai
rusak” Bungsu tidak menghirau kan
perkataan Mama nya.
***
“ih… bungsu ini lah masak kamu
seharian memonopoli kipas nya. aku pengin juga lah “ tegas winda menarik kipas
yang berada di depan TV.
“ ahhh…. Kakak, aku dulu panas
tau!”. Bentak Bungsu memonyongkan bibir nya.
“ Ga tau.. pokok nya kakak mau
tidur pake kipas titik!” Langsung menarik kipas.
Ini pertama kali nya Bungsu
mengalah pada Winda. Bungsu langsung menonton kembali TV dan tak mau menghirau
kan Winda.
****
“ Mama panas!” teriak Bungsu
“ Arahin kesini dong kipas nya,
aku juga panas tau.” Geram kakak tak kalah hebat nya dengan Bungsu.
Sudah seminggu Bungsu dan Kakak
nya beradu mulut. Menjelang malam, pulang sekolah dan tidur siang. Mereka tidak
habis-habis nya beradu mulut mempermasalahkan arah kipas nya. Namun Mama tidak menunjukkan sikap apapun pada kedua
anak itu. Kipas berwarna putih itu adalah kipas kesayangan Mama dari kecil.
Mama bersusah payah pulang ke rumah nenek untuk mengambil nya.Winda dan Bungsu
masih saja berseteru memperebutkan kipas putih itu.
Mama datang dengan muka memelas.
Namun Winda tak menghiraukan dan mengadu pada Sang Mama “ Ma.. liat Bungsu, dia
ga mau ngalah ini ma, aku belum semalam pun tidur pake kipas ini.”
“ Kalian ini ya, selama ada kipas
selalu berantem. Memperebutkan arah kipas, Mama ga mau dengar lagi kalian
beradu mulut, malam ini Mama sita kipas angin nya titik.” Mengambil kipas angin
dibawa keruang TV.
Winda dan Bungsu hanya terdiam
melihat Mama melontarkan kata sita. Tanpa kipas, malam mereka sangat buruk.
Begitu pula dengan Bungsu, ia kembali bergadang
dan tidur nyeyak yang diimpi-impikan hancur lebur. Bungsu langsung kekamar
membenamkan kepalanya di bantal hingga air matanya membasahi pipinya sedangkan
Winda seperti biasa ia sanggup menahan panas ia masuk kamar dan tidak
menghiraukan Bungsu.
***
Sudah 3
hari, kipas masih ditangan Mama, Bungsu tidak berani berkutik. Ia hanya bisa
diam termanggu. Mama masih tertidur pulas. Dari kejauhan Bungsu keluar dari
rumahnya ia melihat sesosok wanita berkerudung putih, badannya bungkuk Bungsu
sangat familiar pada wanita itu.
“Nenek!”
berlari menghampiri nenek nya dari kejauhan.
“Retno… ibu kesini hanya mau
mengambil kipas kembali” tutur nenek.
“wah ibu.. bukannya ibu tidak
memerlukan kipas ini lagi?! Ini kan kipas kesayangan retno dari kecil” kata
retno menyodorkan pisang goreng hangat pada Nenek.
“Bukan begitu retno, kipas yang
baru dibeli sama abah mu sudah rusak, abah mu meminta balik kipas ini, karena
ia tak sanggup tahan panasnya malam.” Membuka awal cerita nya pada Sang Mama.
Sang Mama hanya terdiam, kipas
pun di bawa pulang Nenek, Bungsu kembali merana.
“ Nggak
da kipas malam ini dan selamanya.” Kata Bungsu.
****
“ Ma… kipas lagi.” Kata bungsu
pada Mama nya. Mata Mamanya sudah tertutup namun kipas ditangan masih
mengipas-ngipas Bungsu. Bungsu matanya melek terdengar bisikan arah kejauhan.
“ Besok kita akan beli kipas
baru, hanya untuk Mama.” Tutur Mama dengan nada setengah sadar.
0 komentar:
Posting Komentar